Jumat, 06 Oktober 2017

Khutbah Idul Adha 1438 H




Khutbah Idul Adha 1438H

ألله اكــبر9X    الله اكــبر كــلّما أحرمو ا من الـميقات. وكلّما لبّ الملـبّون وزيـد فى الحســـنات. وكــلـّما دخـلوا فجاج مكّة وتلك الرّ حبات. وكلّما طافوا بالبيت العتيق وضجّة ا لأ صوات بالدّعوات. وكــلّما ســعوا بين المروة والصــّفا وتـلك المشــاعر المفـضّلات. وكلّما وقفوا خاضعين بعرفات. وكلّما باتوا بمزدليفة وأفاضوا الى منى ورموا تلك الجمــر ات .
الـحــمد لله  .الّذى خــــلق أدم من صلصال كالفخّار. واخطاء بحواره وأسجد له ملا ئكته المقرّبين ا لأ طهار. فسجدوا إ لاّ أبليس أبى فباء باللّعنة والصّغار. أشهد ان لا اله أ  لاّ   الله وحده لا شر يك له توحيدا لر بنا كما شهد به لنفسه فقال ا نّنى أنا الله لا اله أ لاّ أنا. واشهد انّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله افضل من صلّ ونحر. وحجّ واعتمر. اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه الذّ ين أذهب الله عنهم الرّجس وطهّر .(امّا بعد) فيا ايّها النّاس اتّقو ا الله تعالى. واعلموا أنّ يومكم هذا يوم فضيل, وعيد جليل, وسمّاه الله تعالى يوم الحجّ ا لأكبر.
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menyambut serta merayakan Idul Adha / Idul Hajj / Idul Qurban, secara historis berasal dari Nabi Ibrahim As, baik sejarah Nabi Ibrahim dengan ayahnya maupun sejarah Nabi Ibrahim yang menyembelih putranya, Nabi Isma’il As.
Sejarah Nabi Ibrahim demikian itu tidak lain berakar pada nilai-nilai kepatuhan & keta’atan beliau pada perintah  Allah SWT yang menganggap bahwa perintah Allah SWT tentu memiliki guna dan manfaat. Kemudian berkat keta’atan Nabi Ibrahim tersebut, Allah SWT pun menerima serta membalasnya bahkan Allah SWT juga menjadikan sosok Nabi Ibrahim menjadi sosok yang dapat dijadikan suri tauladan bagi kita semua. Firman Allah dalam Q.S An-Nahl; 12
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif[843]. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).”
[843]Hanif Maksudnya : seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya.
Oleh karena itulah perjuangan serta pengorbanan tuk terus mengarungi hidup di kehidupan ini juga perlu disesuaikan dan diselaraskan dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada sekitar kita. Dengan begitu kita tetap bisa mewujudkan atau mengaplikasikan nilai keimanan & ketaqwaan  dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya dalam surat lain juga difirmankan bahwa Nabi Ibrahim juga menjadi sosok yang taat, patuh atas menjalani segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Oleh sebab itu Allah SWT juga menjadikan Nabi Ibrahim, figur pemimpin ummat terbukti beliau menjadi ”Imamul Anbiya’” (Bapak para Nabi).
”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".” (Al-Baqarah; 124)
[87] ujian terhadap nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.
[88] Allah Telah mengabulkan doa nabi Ibrahim a.s., Karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan nabi Ibrahim a.s.
Oleh sebab itu Nabi Ibrahim juga bisa kita jadikan pelajaran hidup di masa sekarang ini untuk memilih figur pemimpin yang baik serta berwawasan luas dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara.
Dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara, sebagai muslim yang masih memegang ungkapan ”Hubbul Wathon Minal Iman” maka sedikitnya ada 2 elemen besar yang harus kita jadikan kunci untuk beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara, yaitu:
1.       Menjadikan Nabi Ibrahim suri tauladan figur pemimpin ummat. terbukti beliau menjadi ”Imamul Anbiya’” (Bapak para Nabi). Karena keberanian dan ketegasannya dalam mengambil keputusan yang disertai dengan nilai-nilai moral & spiritual. Sebab dengan sikap & kriteria pemimpin seperti itu, kita bisa mengembangkan agama, bangsa & negara kita ke kehidupan yang lebih baik lagi.
2.   Dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara agar dapat berjalan harmonis maka perlu stabilitas keamanan dan stabilitas perekonomian maka akan mampu membangun masyarakat yang madani religi, ”Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur” (kehidupan yang damai dan sejahtera). Sebagaimana do’a Nabi Ibrahim As. Dalam Q.S Al-Baqarah; 126
”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".
Dari Al-Qur’an Surat Al-Baqarah; 126 diatas tadi memiliki 3 intisari yang perlu dijadikan  cita-cita, peringatan, menyambut serta merayakan Idul Adha / Idul Hajj / Idul Qurban untuk beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara, yaitu:
1.    Menciptakan stabilitas Keamanan yang lebih kondusif, baik dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Karena jika tidak kita dasari dalam berbuat/ bertindak, maka apabila terdapat provokasi situasi, menyebabkan kita akan mudah terhipnotis untuk berbuat perilaku yang dapat melanggar aturan-aturan agama .
2.    Mensejahterakan perekonomian rakyat, poin yang satu ini tentu berhubungan langsung dengan kewajiban pemerintah. Maka sepatutnya para pembesar-pembesar negara ini juga perlu menyontoh Nabi Ibrahim As, karena dengan demokrasi, keberanian & sikap tegas pada keluarganya, beliau rela berkorban, meski harus anaknya sendiri, karena itu semua hanya untuk menegakkan agama Allah. & pada akhirnya Allah SWT pun mengganti dengan hewan Qurban, yang selanjutnya Nabi Ibrahim As pun membagi-bagikan daging qurban tersebut pada kaumnya. Tentu ini merupakan suri tauladan yang patut dijadikan contoh para pemimpin di bumi pertiwi yang kita cintai ini.
3.    Meningkatkan kualitas keislaman & keimanan kita, karena sebagaimana Al-Qur’an Surat Al-Baqarah; 126,
4.    Ayat diatas merupakan rambu-rambu yang diberikan Allah SWT  bahwa Allah Akan memberi rezeki pada orang yang kafir sekalipun, namun itu semua merupakan  kesenangan sementara, & kemudian Allah akan menyiksa orang kafir tersebut di neraka. Oleh karenanya, sebagai muslim yang mu’min tentu kita menginginkan kehidupan yang sejahtera & bahagia baik di dunia maupun diakhirat. Sebagaimana do’a yang sering kita baca: ”Robbana Atina Fidunya Hasanah wa fil Akhiroti Hasanatau wa Qina Adzaban Naar”
Dan selanjutnya mari kita jalankan ketiga konsep diatas tadi dengan bersama-sama, baik elemen pemerintah, pengusaha maupun rakyat seperti kita semua demi tercipta kehidupan yang damai sejahtera dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa & bernegara.
Sebagaimana Hadits Nabi SAW
قوّة البلاد بأربعة : بعلم العلمآء وبعدل العمر آء  وبشخاوة ا لأغنيآء  وبدعـــآء الـفقـــــر آء

“Kekuatan suatu negara bergantung kepada 4 golongan, yaitu dgn ilmunya; alim ulama, & cendikiawan, dgn kebijaksanaan & keadilan para penguasanya, dgn kemurahan hati orang2 kaya, & dengan do’a, dorongan dan respon dari kaum fakir miskin.”
Sebagai akhir dari rangkaian khutbah kami, marilah kita sama-sama memanjatkan do’a mudah-mudahan apa yang menjadi amal ibadah kita bersama benar-benar diterima oleh Allah SWT. Amien.
Disamping itu juga mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada saudara-saudara kita yang tengah melakukan ibadah haji, smoga mereka berpredikat sebagai Hajjan Mabruuron sehinga dapat menjadi suri tauladan bagi kehidupan kita bersama, Amin.
Dan mudah-mudahan pula Allah segera metaqdirkan kepada kita semua untuk segera mendapat giliran dipanggil oleh Allah SWT, untuk menyempurnakan rukun Islam kita yang kelima yaitu pergi ke Baitullah, Amien 3x Yaa Robbal Alamien ........
أعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم. بسم الله الرّ حمن الرّ حيم 
 بارك الله لى ولكم فى القر آن العظيم ونفعنى واياّكم  بما فيه من ا لأ يات والذّكر الحكيم. انّه تعالى جوّاد كر يم ملك  برّ  رءوف الرّحيم .  



1 komentar: